TERLUPAKAN.....
By. Wahyudin Qasal
Tanpa mengesampingkan peran dan kemuliaan ibu, namun di dalam al-Quran Allah justru memperkenalkan sosok ayah yang ahli mendidik, sedikit sekali soal ibu. Bukan hanya yang sebagaimana yang familiar bahwa ada sosok Lukman sang bijak dan Ibrahim sang ahli tauhid. Lebih banyak dari yang familiar itu: ada Ishaq, Yaqub, Dawud, Zakaria, dan Syuaib serta Rasulullah Muhammad saw. Al-Quran yang berbicara tentang pola pendidikan anak berkaitan dengan ayah ada sebanyak 14 kali dari 17 kali Allah menampilkan dialog pengasuhan. Jadi sosok ayah dalam pola pendidikan justru lebih banyak disebut. Ini unik, sebab selama ini ibu dianggap yang memiliki peran besar dalam pengasuhan. Mungkin betul, tapi ayah pun seharusnya menempati porsi yang besar dalam pengasuhan. Jadi ayah bukanlah sekadar mesin uang.....
Bahkan, jika berkaca pada sejarah maka ditemukan peran ayahlah yang memenuhi banyak gambaran sejarah Islam. Adalah Muhammad Akram Nadwi seorang Ulama jebolan Nadwatul Ulama University of Lucknow Oxford University memberi beberapa contoh tentang para Salafussalih yang menyediakan waktu luang bagi pendidikan anak-anaknya. Bisa dilihat dalam bukunya al-Muhaddithat; The Women Scholars In Islam’. Ada Asad bin al-Furat, ulama sekaligus panglima perang yang menaklukkan kota Sicily. Namanya telah tercatat dengan tinta emas sejarah. Hingga Qadhi Iyadh bin Musa Al-Yahshabi menulis tentang Asad bin Furat, “Selain memiliki ilmu dan fiqih yang mendalam, ia adalah seorang pemberani jagoan perang.” Kita mengenal seorang ulama bermadzhab Maliki ini menghadapi tanpa gentar raja Sicilia yang membawa 150 ribu prajurit. Ia dengan gagahnya mengibarkan panji Islam sembari membaca surat Yasin. Apa yang dilakukannya terhadap anaknya? Dengan kesibukan yang luar biasa antara jihad dan mengajar ia masih bisa mendidik putrinya setiap selepas shalat Ashar. Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi juga tercatat mengajari putrinya 7 (tujuh) cara baca al-Qur’an dan kitab-kitab hadits walaupun ia begitu sibuk membimbing ummat. Sebab, seorang Ulama, betapapun sibuknya adalah merupakan hal yang tercela jika meninggalkan pendidikan bagi putra-putrinya.
Yang lainnya, ada Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi, Amat as-Salam, Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi.
Di dalam al-Quran dicontohkan betapa pentingnya peran seorang ayah sehingga ketika menjelang sakaratul maut pun seorang ayah, Yaqub a.s tetap harus memperhatikan bagaimana nasib putra-putri mereka kelak.
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ -١٣٣-
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya‘qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhan-mu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Isma‘il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”
---Puri Taman Sari, Makassar---malam hening, mengenang Ayah. Allahummagfirlahu....' ً
Tidak ada komentar:
Posting Komentar